Jakarta – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) pagi ini bergerak di zona hijau, menguat tipis ke level Rp16.584 per Dolar AS. Penguatan ini kontras dengan sentimen domestik terkait kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hari ini melaporkan bahwa hingga akhir Kuartal III 2025, APBN mencatatkan defisit sebesar Rp371,5 triliun, setara dengan 1,56% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Defisit ini terutama disebabkan oleh realisasi belanja negara yang agresif, termasuk untuk program perlindungan sosial dan pembangunan infrastruktur, sementara penerimaan negara dari bea cukai mengalami kontraksi.
Meskipun defisit, Menkeu Purbaya menjamin kondisi fiskal tetap kredibel dan terkendali.
Ia menyoroti bahwa Keseimbangan Primer APBN masih surplus sekitar Rp18 triliun, yang menandakan pendapatan negara masih cukup untuk membiayai belanja di luar pembayaran bunga utang.
Ke depan, Purbaya bahkan membuka opsi untuk menurunkan tarif PPN pada tahun 2026 sebagai langkah lanjutan untuk mendongkrak daya beli masyarakat dan mengimbangi tekanan inflasi.
Selain itu, BI terus memperkuat strategi bauran kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna menjaga stabilitas Rupiah di tengah peningkatan tensi geopolitik global.
(Red)







