Buseronlinenews

Program PT-3 TGAI Boyongsari Disambut Baik Warga Dan Para Petani

Sukabumi- Program percepatan peningkatan tata guna air irigasi (P3-TGAI) Ciseupan di sambut baik para petani dan warga desa Boyongsari, pasalnya program ini di nilai sangat besar manfaatnya bagi warga sekitar, 17/10/2025.

Sejumlah warga mengaku senang, kami menyambut program P3-TGAI ini, karena kami sebagai petani akan sangat terbantu dengan adanya pembangunan irigasi yang akan mengairi lahan pesawahan dan pertanian lainya, ucap EK.

Karena selama ini kami para petani sering dihadapkan dengan sarana irigasi yang kurang maksimal, sehingga debit air yang dialirkan dari sungai ke irigasi sering terhambat oleh adanya saluran yang dangkal dan bocor, sehingga pasokan air tidak dapat normal, yang akhirnya lahan pesawahan dan pertanian lainnya tidak terairi, imbuhnya.

Apalagi kendala itu sering terjadi di saat musim kemarau, sudah debit air nya kecil saluran irigasi nya juga banyak bocor, pasti tidak akan sampai ke lahan pertanian secara normal. karena selama ini warga hanya bisa melakukan perawatan dengan menambal setiap titik yang bocor atau terkena longsoran kecil saja, kami masyarakat tidak bisa membangun secara permanen, pungkasnya.

Sementara ditempat terpisah salah seorang warga yang enggan menyebutkan namanya mengucapkan terima kasih dan bersyukur dengan adanya pembangunan irigasi itu, saya sangat bersyukur dengan adanya pembangunan ini, karena bisa membantu dan menyambung biaya hidup keluarga, saya mengumpulkan batu dan menjualnya ke proyek itu, saya juga diajak kerja di pembangunan itu sesuai dengan kemampuan saya, ucapnya.

Namun begitu saya mengumpulkan batu kali tidak merusak lingkungan dan tidak menggali batu yang ada di pinggir kali, tetapi mengambil dari sebagian batu yang memang banyak sudah tergeletak pada sepanjang kali, ada juga batu yang kami ambil dari dari kebun yang memang banyak juga berserakan dikebun, karena wilayah kami ini batu banyak ditemukan di kebun-kebun yang tidak jauh dari rumah, ungkapnya.

Sehingga kalau kami disebut ngambil batu tanpa ijin galian C, karena memang kami bukan pelaku tambang, kami hanya sekali-kali sering mengumpulkan batu-batu untuk kami pergunakan buat kebutuhan pribadi dan kalau ada yang membutuhkan kami jual untuk kebutuhan makan, warga kampung itu kalau butuh buat pondasi sama seperti saya, walaupun ada juga sebagian orang yang punya uang pasti beli, kan begitu pak, ujarnya.

Sementara kepala desa Boyongsari Deden membenarkan pengajuan warganya itu, iya kan kalau dikampung warga itu rajin, kadang sepulang nya mandi di kali dia bawa bongkah batu untuk dikumpulkan, pulang mandi di kali itu bukan bawa bongkahan emas tapi batu, yang suatu saat dia perlu untuk membangun rumahnya dia sudah punya, jelasnya.

Dan kalau dia belum ada uang untuk membangun pondasi rumahnya terkadang dia jual, kan lumayan uang nya bisa buat menyambung kebutuhan hidupnya, namun yang namanya ngumpul-ngumpul batu bukan merupakan pekerjaan tetap, karena tidak mungkin hasil bisa buat mencukupi kebutuhan sehari-harinya, karena itu kan dalam jumlah kecil saja, ujar kades.

Banyak warga yang lemah secara ekonomi seperti itu, dan itu saya pikir sudah menjadi kebiasaan warga yang kurang mampu kalau mau membangun rumah ngumpul-ngumpul dulu bahan, agar tidak semuanya kebutuhan material harus dia beli, kalau orang kampung kan begitu, termasuk bahan lainya seperti kayu tiang dan kaso-kaso.

Yang jelas mereka bukan sengaja menambang batu di kali ataupun di kebun, karena yang mereka lakukan itu juga hanya sedikit, dan tentu kami juga tidak akan membenarkan kalau mereka mengekploitasi secara besar hingga dapat menimbulkan kerusakan sungai dan kebun, pungkasnya.

Resty Ap