Gubernur Hendrik: Meniti Jalan Terjal di Negeri Seribu Ombak

BuseronlineNews.com // Kamis 3 Juli 2025 – Di negeri yang dikenal dengan ombaknya yang indah sekaligus tak terduga, seorang pemimpin sedang meniti jalan terjal yang tak dipilihnya sendiri. Maluku, tanah para raja dan pejuang, hari ini menyaksikan lahirnya satu babak baru dalam sejarah pemerintahannya – babak yang tidak dimulai dengan pujian, melainkan hantaman fitnah dan beban yang menggunung.

Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, yang baru saja memegang kemudi pemerintahan belum sempat membenahi fondasi, namun sudah harus menghadapi gelombang yang mengamuk dari berbagai arah. Sekelompok orang yang kecewa karena kalah dalam pertarungan politik belum rela melepaskan bayangan kekuasaan lama. Mereka menebar kabut fitnah, membangun narasi seolah-olah sang Gubernur menjadi akar dari semua luka, padahal ia baru saja mulai menata luka-luka itu.

Di saat yang sama, ia harus memikul beban warisan pemerintahan sebelumnya: utang senilai Rp. 700 miliar kepada PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI), yang kini menjadi sorotan publik. Bukan karena ia boros, tetapi karena ia sadar bahwa pembangunan tak bisa terus menunggu, sementara rakyat menanti jalan, air, dan jembatan harapan. Ia memilih melangkah, walau jalannya curam dan penuh risiko.

Lebih getir lagi, di belakangnya mengintai tumpukan persoalan hukum, administratif, dan moral yang ditinggalkan oleh rejim lama. Seolah-olah semua ranjau yang ditanam di masa silam, kini meledak di bawah langkahnya. Namun ia tak mundur. Ia tahu bahwa menjadi pemimpin bukan hanya soal memetik pujian di masa damai, tapi juga soal memikul badai ketika semua gemuruh datang bersamaan.

Ia tidak lahir dari kemewahan, tapi dari rahim rakyat biasa yang pernah tahu bagaimana kerasnya hidup di tanah yang penuh harapan ini. Ia tidak membawa dendam, hanya tekad untuk membersihkan ruang-ruang kotor yang selama ini tersembunyi di balik jabatan dan anggaran.

Maka ketika fitnah menghantam, ia tidak membalas dengan kemarahan. Ia memilih diam dan bekerja. Ketika utang menjadi beban, ia tidak menyalahkan, tapi mencari solusi. Dan ketika masa lalu mencoba menyeretnya, ia justru menatap ke depan — ke arah langit yang belum tentu cerah, tapi pasti menuju perubahan.

Menjadi pemimpin di Maluku hari ini bukanlah soal berada di puncak, tapi soal berjalan di titian sempit di antara jurang dan ombak. Tapi seperti para pelaut ulung dari negeri ini, ia tahu: ombak besar bukan untuk ditakuti, tapi untuk ditaklukkan.

Dan mungkin, sejarah nanti akan mencatat, bahwa di tengah jalan terjal dan ombak fitnah, pernah ada seorang pemimpin yang tetap berdiri. – tidak sempurna, tapi tulus mengabdi

( Syam)