
PATI – Pemerintah akan mulai menerapkan Kelas Rawat Inap Standar atau KRIS untuk BPJS kesehatan. Perubahan kelas BPJS kesehatan dengan KRIS telah ditetapkan pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2024 tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Pemerintah menargetkan sistem KRIS akan mulai berlaku di semua rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS paling lambat 30 Juni 2025. Dengan berlakunya sistem ini maka semua peserta BPJS akan mendapatkan ruang rawat inap dengan fasilitas yang serupa.
Plt Direktur RSUD RAA Soewondo Pati Dr H Hartotok, S.Kep, Ners, MH.Kes saat di konfirmasi perihal kesiapan menjalankan KRIS mengatakan,” Jadi memang instruksi Presiden 30 Juli 2025 itu harus Kelas Rawat Inap Standar (KRIS). Ini bukan penghapusan kelas BPJS kelas 3,2,1 tapi peyederhanaan.
Jadi nantinya kelas 3,2,1 tempatnya sama, itu ada 12 indikator diantaranya suhunya harus stabil, AC, pencahayaan ruangan cukup, komponen bangunan yang digunakan tidak boleh memiliki tingkat porositas yang tinggi, kepadatan ruang rawat inap maksimal 4 tempat tidur dalam satu ruangan dengan jarak minimal 1,5 meter antar tepi tempat tidur dan lain-lain. Jadi bukan menghilangkan tapi menyederhanakan itu. Intinya adalah meningkatkan pelayanan kepada pasien BPJS, karena kelas 3 non AC. Tapi memang distandarkan kelas 3,2,1 jadi satu tempatnya,” terang Hartotok.
Dijelaskan Hartotok, RSUD Soewondo sekarang sudah punya 3 ruangan yang sudah standar KRIS yakni Edelwis, Dahlia, Teratai 4, itu 16 kali 3 jadi 48. Kita masih punya 4 ruangan yang belum KRIS, 2025 bisa direnovasi, ada Gading, Mawar, Bougenvile, Flamboyan. Jadi nanti ada 4 ruangan, ruangan itu ada KRIS sama kelas VIP. Tapi kelas 1,2,3, kelas teladan 1,2,3 yang jadi satu di KRIS.
Kalau ruangan sudah penuh semua, memang 3 ruangan sudah KRIS yang 4 belum. Semisal di 7 ruangan kelas 3 tadi kelas umum sudah penuh, kita menyiapkan di IGD. Di IGD kan harusnya tidak boleh untuk rawat inap tapi karena kondisi didalam masih penuh kita menyiapkan 25 tempat tidur di IGD, itu upaya untuk mengatisipasi,” imbuhnya.
Dalam ruangan kok bisa penuh, itu banyak faktor: 1.Mungkin pasien terlalu banyak dalam arti di rumah sakit lain juga penuh semua, bukan wabah tapi memang trennya lagi banyak, 2. Di kita masih ada lokal wisdom, budaya lokal yang tidak bisa ditinggalkan. Contoh orang dirumah sakit setiap hari Selasa dan Sabtu tidak mau pulang. Pulang kalau Selasa ya Selasa malam, itu sudah palag Jawa. Hal ini yang menyebabkan numpuk di IGD, ” ungkapnya.
Intinya kita sudah menyiapkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, ” pungkasnya. (hery).
Leave a Reply