BuseronlineNews.com // Bartim Kalteng– PT Tibawan Energi Indonesia (TEI) yang beroperasi di wilayah desa Gumpa Kalteng,telah ternodai ,pasalnya telah melecehkan kepala Desa dan aparat Desa tempat berusaha.
Kepala Desa Gumpa, Imanuel, SP, mengatakan bahwa pihaknya telah dua kali berkirim surat kepada pihak manajemen PT TEI. Namun tak satupun ditanggapi dengan baik.
“Pertama kami bersama ketua BPD berkirim surat, meminta kepada manajemen PT TEI, untuk bisa berkunjung ke lokasi kegiatan tambang, namun pada saat waktu berkunjung tak satupun pihak perusahaan hadir untuk mendampingi, dengan berbagai alasan,”katanya kepada awak media, Rabu (30/8) kemarin.
Tak sampai disitu, ungkap Imanuel, dirinya bersama ketua BPD juga menyurati kembali PT TEI, untuk kedua kalinya agar bisa datang ke kantor desa pada tanggal 30 Agustus 2023. Lagi-lagi pihak perusahaan tak satu orang pun datang,
“Faktanya tak satu orangpun dari pihak manajemen PT TEI yang datang, sehingga kami selaku kepala Desa bersama BPD merasa sangat dilecehkan oleh PT.TEI.
Imanuel menegaskan, bahwa pihaknya telah berkirim surat untuk ketiga kalinya kepada PT TEI. Apabila pada undangan yang ketiga nanti juga tak satupun pihak manajemen PT TEI yang datang dan bisa menjelaskan terkait aktivitas tambang yang dilakukan serta sejumlah tuntutan yang telah disampaikan, maka kami anggap PT TEI tidak mengakui bahwa di desa kami ada pemdes dan masyarakat desa.sehingga kamipun selaku kepala Desa bisa melakukan penolakan untuk ber aktifitas dalam wilayah Desa Gumpa,bahkan kami akan menyampaikan ke kementrian ESDM untuk mencabut ijin IUP yang masuk Desa Gumpa Bartim Kalteng.Tegasnya.
Hal senada disampaikan Ketua BPD Desa Gumpa, Amianto. Ia mengatakan, bahwa dirinya merasa tidak dihargai oleh PT TEI, hal itu terbukti beberapa kali berkirim surat, tak pernah ditanggapi dengan baik dan berdalih dengan berbagai alasan.
“Saya sebagai ketua BPD Desa Gumpa, yang mewakili warga Desa Gumpa sangat kecewa kepada PT TEI,” ungkapnya.
Ditegaskannya, bila pada undangan ketiga, sesuai surat yang telah disampaikan, pihak manajemen PT TEI tetap tak mau datang lagi, maka kami bersama kepala desa dan warga desa, akan menyiapkan langkah-langkah strategis untuk menghadapi perusahaan yang bersifat arogan dan tidak mengharga’i kami sebagai aparat Desa serta warga.
“Pada intinya, kita lihat pada undangan ketiga nanti, bila tetap tidak mau hadir, kita akan memilih jalan lain untuk menghadapi PT TEI,” tegasnya.
Sementara itu, salah seorang warga Gumpa bernama Ella, juga menyampaikan kekecewaannya kepada manajemen PT TEI, bila dilihat dari sejumlah kronologis yang terjadi, sepertinya pihak perusahaan PT TEI tidak menganggap ada pemerintah desa. Hal itu dibuktikan surat yang dikirim, saya dengar tak pernah dibalas, apalagi datang untuk bertemu dengan pemerintah desa, sebagai orang yang dipercaya masyarakat memimpin warga desa.
“Ini salah satu bukti pelecehan terhadap pemimpin kami di Desa Gumpa,” tegas pria yang lama bekerja di berbagai lembaga lingkungan ini.
Ella mengatakan, bahwa sebagai orang yang lama bekerja dibidang lingkungan dan sosial, dirinya akan terus mengawal pemerintahan desa, untuk memperjuangkan dan melindungi hak-hak masyarakat dengan terus mengawasi aktivitas tambang yang ada di wilayah Desa Gumpa.
“Saya bersama tim akan terus mengawasi aktivitas tambang, sehingga tidak berdampak pada kerusakan lingkungan. Misalnya pada kerusakan ekosistem sungai dan banyak masalah di tengah masyarakat,” terangnya.
Ella menegaskan, tidak ingin wilayah desanya hanya menjadi objek untuk mendapatkan keuntungan semata, dengan menguras sumber daya alam yang ada, dan selanjutnya mewariskan permasalahan dan penderitaan kepada masyarakat dan anak cucu di Desa Gumpa. Oleh sebab itu, sebutnya dirinya bersama tim akan proaktif melakukan pengawasan dan berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait.
“Jangan sampai dengan adanya kehadiran perusahaan tambang di Desa Gumpa. Masyarakat banyak tidak mendapatkan manfaat yang besar dan kesejahteraan, namun malah sebaliknya hanya mendatangkan permasalahan sosial dan kerusakan lingkungan serta akhirnya hanya mewariskan penderitaan kepada kami di Desa Gumpa”tukasnya.
(Binaria)