
BuseronlineNews.com // KUDUS, Cerita inspiratif datang dari seorang anak tukang sayur yang ada di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, bernama Mochamad Bisri. Pria yang akrab disapa Sarwo ini berhasil menjadi seorang pengusaha properti yang melalang hingga di beberapa daerah.
Saat ini, Sarwo bahkan sudah bisa berhasil membangun sembilan perumahan di sejumlah daerah, di antaranya perumahan di Kabupaten Kudus, Batang, Pekalongan hingga Semarang. Tentunya keberhasilan ini tidak didapat dengan mudah.
Sarwo menceritakan bahwa sebelum bergelut di bisnis poperti, dirinya telah mencicipi berbagai macam profesi seperti menjadi seorang sopir, staf kecamatan sampai pegawai percetakan. Mimpi sebagai seorang pebisnis properti bahkan belum terbayangkan olehnya pada saat itu.
“Memang tidak gampang, karena saya juga tidak punya privilege dari orang tua. Apalagi orang tua saya dari dulu sampai sekarang hanya pedagang sayur,” ucapnya.
Dirinya kemudian mulai menjajal untuk terjun ke bisnis properti pada tahun 2018 silam. Pada saat itu, ia masih dipercaya untuk membangun sedikit rumah saja.
“Saya dulu dipercaya sama orang untuk mengelola perumahan tapi mulai dari bikin rumah satu, dua, sampai tiga dulu. Akhirnya dapat kepercayaan sampai bisa berdiri sendiri, sehingga bisa sukses sampai sekarang,” ceritanya.
Sarwo tertarik terjun ke bisnis perumahan karena dulu dirinya sempat merasakan ngontrak rumah selama dua tahun. Dari situ, Ia mulai berangan-angan untuk bisa membangun perumahan yang layak namun dengan harga terjangkau.
“Saat masih susah, saya punya cita-cita untuk bikin perumahan yang layak tidak seperti saat saya ngontrak. Alhamdulillah, saat ini bisa membangun perumahan yang layak,” tuturnya.
Pria asal Kudus itu mengungkapkan, untuk menelateni bisnis perumahan ini dirinya belajar sendiri secara otodidak. Mulai dari belajar dari sisi marketing, perbankan hingga perijinan, ia kuasai secara mandiri sambil jalan dan mengalir begitu saja.
“Saat mulai membangun perumahan, saya mensiasati modal awalnya dengan kerjasama bareng investor dan jasa perbankan pihak ketiga, jadi tidak harus beli tanah dulu,” paparnya.
Dirinya memiliki prinsip, untuk membangun bisnis perumahan harus menjaga kepercayaan publik. Oleh karena itu, dalam setahun, dia hanya membatasi untuk membangun tiga sampai lima perumahan saja.
“Prinsip saya, kalau belum selesai, itu menahan diri untuk tidak expand dulu. Tunggu sampai clear semua supaya tidak menjadi momok diri sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sarwo berharap kedepannya pemerintah bisa mendukung para pengusaha maupun investor yang ingin mengembangkan properti di Kota Kretek. Menurutnya, bisnis perumahan ini mampu ikut menggerakkan roda perekonomian bagi masyarakat.
( JIMMY ).
Leave a Reply