Sumardi : Fahami Dan Kenali Dulu Sifat Dan Karakteristik Bacalon Sebelum Memilih

BENGKULU : Satu Tahun Setengah Itu Bukan Waktu Yang Lama Di Zaman Sekarang Ini, Tidak Salahnya Jika Warga Dan Masyarakat Bertanya Tanya Adakah Dan Siapakah Bacalon Untuk BD Di Bengkulu Utara Ini, Bahkan Sudah Banyak Masyarakat Menebak Nebak Cakada Yang Bakal Maju Si A Dan Si C Bahkan Si D Bakal Maju Di 2024 Mendatang Saya Sendiri Belum Tau,” Ujar Sumardi, S.IP PK Partai Golkar Putri Hijau ini. Walaupun Saya Orang Partai Saya Belum Dapat Info Siapa Cakada 2024 Untuk Bengkulu Utara Kedepan. Masyarakat Demikian, Tidak Salahnya Dia Menebak Nebak Dan Bertanya Tanya, Itu Menunjukan Bahwa Masyarakat Sudah Banyak Mengerti Tentang Politik.

Menurut Saya Wajar, Jika Masyarakat Ingin Tau Siapa Cakada Untuk Bengkulu Utara Ini. Hanya Saran Saya Marilah Kita Bijak Memilih Pemimpin, Karena Salah Pilih Kita Juga Yang Rugi,” Kata Sumardi. Karna
Aristoteles Pernah Mengungkapkan, Bahwa Pemimpin Yang Baik itu Adalah Berasal Dari Kalangan Yang Bijaksana. Seorang Pemimpin Menurutnya, Haruslah Mengusai ilmu-ilmu Filsafat, Sehingga Pemimpin Yang Bersangkutan Terbebas Dari Berbagai Kekeliruan Dan Kesalahan Dalam Menjalankan Tugasnya. Namun Dalam Praktiknya ide ideal ini Tidak Dapat Dijalankan, Karena Susahnya Menemukan Seorang Yang Benar-Benar Bijaksana Dan Menguasai ilmu Filsafat.

Menurut Hemat Saya, Kata Sumardi Melanjutkan, “Jika Kita Susah Menemukan Karakter Pemimpin Bijaksana, Maka Setidaknya Masyarakat Sebagai Pemilih Mesti Bijaksana Dalam Memilih Pemimpin. Untuk Berada Pada Jalur Bijaksana Dalam Memilih Pemimpin Maka Aksiologi Dari Kajian ilmu Kefilsafatan Merupakan Keniscayaan Yang Mesti Menjadi Landasan Berfikir.

Dalam Berbagai Kajian ilmu filsafat Setidaknya Terdiri Dari Tiga Aspek Mendasar, Meliputi, Logika, Etika, Dan Estetika. Oleh Karena itu, Dalam Memilih Bakal Calon (Bacalon) Secara Bijaksana Maka Perlu Didasarkan Pada Aspek Logika, Etika, Dan Estetika Bakal Calon.

Aspek Pertama Yang Harus Ditelusuri Dalam Diri Bakal Calon Adalah Kualitas Logika. Pada Dasarnya Logika Merupakan Aktifitas Berpikir Manusia Dalam Memberikan Penilaian Yang Benar Dan Salah, Kata Lain Logika Erat Kaitannya Dengan Aspek intelektual Sesorang. Meminjam istilah Setia Furqan Kholiq, intektual Power Dapat Disepadankan Dengan Aspek Logika Kecerdasan Yang Dimiliki Oleh Seseorang.

Logika (intelektual) Yang Dimiliki Oleh Bakal Calon Dapat Ditelusuri Melalui Berbagai Cara, Misalnya Mencermati Program Kerja Yang Dijanjikan Oleh Bakal Calon, Apakah Program Tersebut Relevan Dengan Fakta Yang Sebenarnya Dan Seberapa Besar Tingkat Kebutuhannya Di Masa Mendatang. Apakah Program Tersebut, Telah Sesuai Dengan Fakta Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat Setempat.

Begitu Pula Logika (intelektual) Bakal Calon Dalam Menggagas Visi Dan Misi. Apakah Visi Dan Misi Tersebut Dapat Menjangkau Jauh Ke Depan Dalam Menata Dan Menyelesaikan Berbagai Problematika Masyarakat Yang Nantinya Akan Dipimpin. Konkretnya Apakah Visi Dan Misi Tersebut Memiliki Sinergitas Dan Korelasi Dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Hal ini Sangat Perlu Dikaji Secara Mendalam.

Jika Kriteria di Atas Telah Terpenuhi, Maka Aspek Logika (intektual) Bakal Calon Tidak Perlu Diragukan Lagi. Namun Jika Sekiranya Tidak Demikian, Maka Kita Perlu Meragukan Kemampuan intelektual Bakal Calon Dalam Memimpin Dan Menata Suatu Daerah.

Setelah Menelusuri Aspek Logika, Maka Selanjutnya Penelusuran Segi Aspek Etika Bakal Calon. Etika Berkaitan Dengan Kepribadian Calon. Menurut Franz Magnis-Suseno Bahwa Etika Berusaha Menjernikan Permasalahan Moral. Dari Wujudkan Etika Yang Baik Akan Melahirkan Moral Kepemimpinan Yang Baik Pula.

Saya Mengklasifikasikan Aspek Etika Dalam Dua Klasifikasi, Yakni etika internal dan etika eksternal. Dari klasifikasi ini, dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai sejauh mana etika bakal calon yang pada akhirnya akan melahirkan moralitas kepemimpinan yang baik.

Etika internal, dapat diterjemahkan sebagai kepribadian yang sifatnya mengikat ke dalam (jiwa) seseorang. Artinya etika internal, merupakan pencerminan dari prinsip-prinsip hidup yang melekat dalam jiwa bakal calon. Seperti, prinsip-prinsip apa yang memengaruhi cara hidup dan berpikir bakal calon? Untuk mengetahui hal ini, maka perlu membaca dari berbagai aspek keseharian bakal calon misalnya, dari aspek kesederhanaan hidup calon dsb. Hal ini perlu diketahui, sebab bagaimanapun juga etika internal akan memengaruhi etika eksternal bakal calon.

Etika eksternal, dapat diartikan sebagai suatu kepribadian yang nampak (terlihat) dalam pelbagai interaksi seseorang. Misalnya, sejauh mana etika bakal calon kepedulian terhadap masyarakat lemah dan para penyandang disabilitas. Apakah bakal calon tersebut peduli kepada anak yatim, para pengemis di jalan, dan seberapa sering dia menderma kepada mereka.

Kepedulian ini penting, sebab sifatnya universal dan dapat difalsifikasi oleh hati nurani. Juga, sejauh mana bakal calon tersebut mampu berinteraksi antara orang yang berbeda aliran. Hal ini penting, demi menjalin kerukunan dan jangan sampai pemimpin yang terpilih hanya berpihak kepada warga tertentu yang telah memilihnya. Begitu pula contoh etika eksternal yang paling penting adalah sejauhmana bakal calon tersebut dapat menjaga dan mengembangkan “lumbung-lumbung padi” masyarakat, bukan malah merusak dan menghabiskannya layaknya “para tikus-tikus di sawah”.

Ketiga aspek di atas logika, etika, dan estetika dapat dijadikan indikator dalam menemukan calon pemimpin yang ideal. Ketiga aspek ini didasarkan atas kajian kefilsafatan. Namun menurut hemat penulis, hal tersebut tidaklah lengkap dan harus ditambahkan dari segi aspek keimanan dan ketaqwaan bakal calon. Aspek Keimanan dan Ketaqwaan Amat memegang peranan Strategis Bebagai Frame Tata Kelola Pemerintahan yang Baik Dan Berkeadilan.” Demikian Kata Sumardi, S.IP

(ThomasBuser.Bkl)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.